Mari Dukung Gerakan Santri Membaca Untuk Mewujudkan Santri Cerdas dan Beraklak Mulia

SELAMAT DATANG

Kamis, 10 Desember 2015

350 Judul buku telah disumbangkan oleh GSM kepada perpustakaan al mubarok

Gerakan Santri Membaca
Penulis: mochamad khotib
Komunitas Pecinta Buku pada hari kamis malam 10/12/2015 telah menyumbangkan sebanyak 350 judul buku ke perpustakaan Pondok pesantren al Mubarok Lanbulan desa batorasang kec. Tambelangan kab. Sampang madura. Pelaksanaan acara tersebut di fasilitasi oleh Pihak Perpustakaan yang dikemas secara resmi.
Hadir dalam acara serah terima adalah Perwakilan dari Keluarga besar Pondok Pesantren al Mubarok Lanbulan, Seluruh anggota Komunitas Pecinta Buku, pengurus Perpustakaan dan seluruh santri.
KH. Fahmi Asy'ari, M.Ag mengatakan dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Komunitas pecinta buku yang telah menyumbangkan 350 judul buku kepada perpustakaan PP. Al mubarok lanbulan dalam rangka mensukseskan program Gerakan Santri Membaca. " wahyu pertama kali yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril adalah Surat al Alaq Yakni Iqro'." Kata beliau dalam sambutannya.
Harapan beliau bagaimana dengan adanya buku baru ini bisa dibaca oleh para santri dan dapat bermanfaat dan dapat lebih mendapatkan berbagai macam ilmu yang dapat berguna bagi seluruh warga pesantren".
Mushonnif selaku pimpinan perpustakaan pesantren merasa bangga sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Komunitas pecinta buku yang telah menyumbangan sebanyak 350 judul buku.

Ribuan santri Pondok Pensantren al Mubarok Lanbulan
menghadiri acara serah terima buku

serah terima buku dari Gerakan Santri Membaca
kepada perwakilan Pondok Pesantren al-Mubarok Lanbulan

sambutan dari perwakilan Perpustakaan Pondok Pesantren
al-Mubarok Lanbulan

Sambutan dari Perwakilan anggota Gerakan Santri Membaca

Rabu, 09 Desember 2015

Malam ini GSM akan sumbangkan 350 Judul buku ke perpustakaan Pesantren

Gerakan Santri Membaca
Ditulis oleh: Mochamad Khotib

Komunitas Pecinta Buku akan melaksanakan sebuah satu kegiatan yakni Serah Terima atau menyumbangkan lebih dari 350 judul buku yang akan di sumbangkan kepada Perpustakaan Pondok Pesantren al Mubarok Lanbulan di desa Batorasang Kec. Tambelangan Kab. Sampang Madura. Kegiatan ini akan dilaksanakan nanti hari kamis malam jumat tanggal 10 desember 2015 yang akan ditempatkan di Aula Pondok Pesantren al Mubarok Lanbulan.
Ucapan rasa syukur kepada Allah Swt. Dalam kurun waktu 3 bulan program GERAKAN SANTRI MEMBACA yang digagas oleh Komunitas Pecinta Buku telah membuahkan hasil yang memuaskan. Beberapa cara yang dilakukan oleh anggota komunitas untuk mencari para penyumbang. Sepeti memanfaatkan media sosial facebook, BB dan lainnya. Kami atas nama Komunitas Pecinta buku akan menyampaikan amanat para penyumbang buku atau pun berbentuk uang mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya kepada GSM. Dan mohon doa nya semoga acara penyerahan 350 lebih judul buku akan kami sumbangkan untuk mewujudkan generasi muda yang handal dan profesional agar dapat membimbing bangsa indonesia dengan baik.


Jumat, 13 November 2015

Nani Tandjung seorang penulis sumbang 100 buku ke GSM

sumbangan dari Nani Tandjung Jakarta kemarin kamis 12 November 2015 berupa paket dengan jumlah isi 100 buku. Penulis dan seniman ini merasa dan memiliki kepedulian terhadap dan membatu untuk mewujudkan Gerakan Santri Membaca yang digagaa oleh Komunitas Pencinta Buku. Walaupun Nani Tandjung belum pernah sama sekali mengadakan pertemuan secara langsung tapi beliau sangat percaya betul dengan keberadaan Komunitasi ini. Namun hanya dengan menjalin komunikasi lewat Mensos Facebook ternyata tidak ada sedikit keraguan dari beliau untuk menyumbangkan 100 buku kepada komunitas Pecinta Buku agar cita cita untuk mensukseskan Gerakan Santri Membaca dalam wujud melahirkan santri cerdas dan berakhlak mulia akan dapat terwujud dengan nyata. Beliau bukan pejabat negara tapi beliau bisa menyumbang kepada kami maka ini patut kita contoh. Semoga orang orang disana khususny para pejabat negara atau pegawai negei yang memiliki rizqi yang berlimpah agar bisa mengulurkan tangan  untuk peduli kepada Calon generasi muda agar dapat berkarya demi indonesia tercinta.

Rabu, 11 November 2015

Hasil Sumbangan 1.2 Juta telah dibelanjakan buku Tahap 3 oleh GSM

GSM-12 November 2015

Gerakan Santri Membaca pada hari selasa 10 November 2015 menuju surabaya untuk belanja pembelian buku tahap ketiga dengan total Rp. 1.2 juta yakni dana dari para penyumbang:
1. H. Mawardi, S.Ag M.Hi (Sampang)
2. Afandi Wijaya, S.Hi (Jember)
3. Maya Ke Si ( Malaysia)
4. Nailul (Bali)
Pembelanjaan buku ini dilaksanakan adalah dua lokasi di wilayah surabaya yakni Kampoeng Ilmu di jl. Semarang dan Pasar Blauran Surabaya. Ini adalah Bukti kepedulian para penyumbang kepada Gerakan Santri Membaca untuk wujudkan Santri yang cerdas dan berakhlak mulia. Adapun buku yang telah terkumpul saat ini kurang lebih 447 buku.
Ada 2 macam penyumbang yang menyumbang ke Program Gerakan Santri Membaca yakni dengan menyumbang berbentuk uang via transfer dan berbentuk buku dengan dikirim via Paket Jne, Tiki dan Pos. Semoga para penyumbang mendapatkan ganti rizqi yang barokah dan berlimpah. Kami siap menerima para calon penyumbang yang ingin berniat untuk wujudkan program kami.

Selasa, 10 November 2015

GSM Penuhi undangan pemilik 3 perpustakaan dikediamannya

Penulis, Ciuman Sang Bidadari

Hari selasa 10 november 2015 kami komunitas pecinta buku mendatangi kediaman siti hurairah di surabaya. Kami ber enam (Mochamad khotib, Djailani, Zamzam, muktasim, syamsul arifin dan Faisol) dalam rangka memenuhi Keinginan bunda siti hurairah yang memang sebelumnya beliau ingin mengundang Komunitas dalam membahas program kami (GSM) Gerakan Santri Membaca.
Kemegahan rumah beliau membuat kami canggung untuk masuk ke dalam. Tapi ketakutan dan keraguaan kami hilang seketika disaat kami disambut dengan keramah tamaan beliau tutur katanya sekan kami di suguhi pemandangan nun sejuk hingga sampai terasa dalam hati kami.
Perbincangan ringan terjadi antara beliau dengan kami berenam, buku dan perpustakaan jadi topik utama. Insya Allah jika saya dapat rezeki lagi sy akan menyumbang buku lagi. Tutur beliau dengan lembut. Sekitar 2 jam lebih perbincangan kami terjadi di kediaman beliau. Bahkan kami disuguhi beberapa hidangan juga buah-buahan segar. Disela sela perbincangan beliau sedikit menceritakan sosok alm. Suami beliau. "Beliau sosok suami yang mencintai keluarga dan sangat memperhatikan anak anak yatim piatu."  Katanya. Pada akhir perbicangan ringan kami beliau telah menyiapkan sekitar 142 buku untuk disumbanhkan lagi kepada kami. Beliau juga sangat mendukung dengan program Gerakan Santri Membaca yang digagas oleh Komunitas Pecinta Buku. "Saya bangga melihat anda ber enam memiliki program ini, kepedulian anda sangat tinggi" ucap siti hurairah.

Minggu, 01 November 2015

Gerakan Santri Membaca Serahkan Buku Ke Perpustakaan

Gerakan Santri Membaca
Sampang, 1 -11-2015
Ditulis: Mochamad Khotib

Melangkah pelan tapi pasti saat kami perwakilan dari
Komunitas Pecinta Buku dalam Gerakan Santri Membaca alhamdulillah tahap pertama kami telah menyerahkan Buku kepada Ketua Perpustakaan Di Pondok Pesantren al Mubarok Lanbulan desa batorasang kec. Tambelangan kab. Sampang tepat pada 1 November 2015 minggu malam senin sekitar jam 20.00 wib yang dilaksanakan di Ruang Perpustakaan.
Satu kebanggaan yang dirasakan oleh kami Gerakan Santri Membaca telah menyampaikan dan menyerahkan Buku hasil dari sumbangan para dermawan. Ada sekitar 50 buku yang di sumbangkan kepada perpustakaan untuk tahap pertama dan sisa buku lainnya 210 buku akan diberikan sekitar bulan Desember 2015 bertepatan dalam acara Mualid Nabi oleh Pihak GSM ke pengurus Perpustakaan.
Ucapan terima kasih dari pihak Perpustakaan terutama kepada para dermawan yang telah membantu mewujudkan program Komunitas Pecinta Buku dalam Gerakan Santri Membaca untuk mewujudkan Santri cerdas dan berakhlak Mulia insya Allah akan Tercapai dan terwujud secara nyata. Juga kepada seluruh Anggota Komunitas Pecinta Buku dalam program Gerakan Santri Membaca dapat berjalan dan berkembang juga mensenyumkan masa depan para santri agar dapat menjadi santri yang siap pakai dalam menghadapi likaliku perubahan zaman yang ekstrim.

Senin, 19 Oktober 2015

Pemilik Tiga Perpustakaan Pribadi Sumbang Puluhan Buku

Gerakan Santri Membaca
Ditulis oleh: Ciuman Sang Bidadari

Tepatnya hari Minggu 18 oktober 2015 di Kampoeng Ilmu di jalan Semarang Surabaya kawan kawan dari Komunitas Pecinta Buku berniat membeli beberapa buku dari dana sumbangan para donatur dalam Program Gerakan Santri Membaca.
Ada pemandangan yang tidak disangka di saat Kami membeli beberapa buku di salah satu toko di Kompoeng Ilmu. Ketika kami sudah memilih buku dan siap untuk membayar ternyata datang seorang perempuan memakai baju putih menghampiri kami dan bertanya tentang status kami dan kami pun terlibat pembicaraan ringan dan menjelaskan misi kami dari Komunitas Pecinta Buku yakni tentang program Gerakan Santri Membaca.
Lalu tidak disangka Ummi Siti Hurirah dengan tidak ragu beliau langsung menanggung biaya buku yang kami beli. Ucapan syukur dan terima kasih seakan keluar ikhlas tanpa beban.  Ketika komunitas pecinta buku dikonfirmasi tentang kabar itu mengatakan sosok ummi Siti Hurairah adalah seorang perempuan yang memiliki 3 Perpustakaan pribadi yang tersebar di wilayah surabaya. Beliau seperti bidadari surga yang mendatangi kami untuk memberikan secangkir semangat dan mempersembahkan buku ilmu untuk wujudkan program kami dalam lahirkan santri yang cerdas dan berakhlak mulia. Semoga ada dermawan dermawan lainnya yang memiliki jiwa seperti ummi siti hurairah.

Dua Perempuan, Dua Dunia yang Jungkir Balik

Gerakan Santri Membaca
Ditulis oleh: Petang Segara

katanya satu menjadi pikiranpusat gelombang aliran renungan [H.B. JASSIN, “Kawanku” dalam “Darah Laut”]

Tentu sulit menemukan karakter seperti dalam puisi H.B. Jassin yang saya kutip di atas, sama sulitnya menemukan presiden atau wakil rakyat yang benar-benar ideal. Baik karakter dalam puisi H.B. Jassin dan presiden ideal selalu berada di wilayah subyektif. Namun kita selalu menemukan cerita mengejutkan di hari Minggu. Kita sering menemukan dalam perasaan diri kita sendiri semacam ini: mukjizat tidak benar-benar dibawa mati para nabi.
Misalnya kita masuk ke potongan-potongan dunia kelam seorang perempuan belia melalui sajaknya: “biarlah aku tetap aku//yang mengeja takdir dalam sunyiku,” yang sebenarnya ia sedang tidak berbuat apa-apa kecuali menyembunyikan diri sepenuhnya ke dalam sajak. Sebuah sajak yang mampu menggali lubang begitu dalam mata saya, lalu dengan sendirinya menciptakan rongga. Perempuan adalah bagian gelap dari lobang itu sendiri; hirarki selalu tampak kentara meski respons berbeda misalnya, tampak pasrah ada yang berusaha merobek jaring yang diciptakan norma, kebiasaan, adat akibat kesadaran setiap hirarki selalu menumbalkan kreatifitas dan potensi-potensi baik personal mau pun kolektif.
  Sekarang kita bayangkan begini: ada seorang perempuan masih muda yang memiliki kekuataan berbahasa namun tidak bisa mengembangkan karena dipasung oleh kekuatan bernama budaya dan adat istiadat. Hasilnya ia menulis (puisi) tidak menggunakan apa-apa selain desakan emosional jiwa-kontemplasi; tidak pernah tahu siapa itu Toni Morrison, Gerry van der Linden, Sergei Yesenin, Ferdinan de Saussure, Jacques Derrida, Sitor Situmorang, Timur Sinar Suprabana, Beno Siang Pamungkas, Danarto, A.S. Laksana, dll dan tidak pernah membaca—sekadar menyebut judul--Novel 1984, Philosophy in the Boudoir, Rumah yang Sunyi, Kering, dan sebagainya.
Kita membayangkan dunia muram tersebut di Minggu pagi hari sambil membaca koran, minum bir atau kopi, rokok atau kacang sekaligus tak pernah berhenti berpikir dunia, dari semua yang mengelilingi kita ini yang manakah dunia? Saya yang terlanjur jatuh cinta pada “puisi polos” perempuan itu segera menjawab bahwa dunia adalah sehimpun puisi yang dirahasiakan ke dalam air mata yang tak kunjung menjelma hujan, embun atau bianglala oleh seorang perempuan korban egoistik laki-laki, di dalamnya termuat ayah, kakak, tetangga, kiai; maskulinitas. Perempuan pengeja takdir di Madura sebenarnya banyak sama banyaknya dengan setiap kecamatan tanpa perpustakaan. Berbanding dengan laki-laki yang merasa sebagai penguasa perempuan.

TUHAN DAN HAL-HAL KECIL YANG MEMPESONA
Awalnya saya dan beberapa kawan tanpa rencana matang sebelumnya sekitar lima orang berangkat ke Surabaya hendak belanja buku-buku untuk perpustakaan yang sedang kami upayakan berkembang dengan tindakan-tindakan nyata, yaitu mengajak para penyuka buku, yang memang begitu peduli untuk “sembahyang” secara berjamaah demi terwujudnya nilai yang lebih utuh, universal, ‘seksi’ dan menggairahkan.
Di Kampoeng Ilmu seorang perempuan anggun paruh baya sibuk membolak-balik buku-buku sebelum kemudian mencatat dengan detail dan sesekali pandangannya dilempar ke kami, cara kami menawar buku yang, barangkali dalam benak perempuan anggun bermartabat tersebut terkesan seperti sedang mempertahankan nyawa kami sendiri.
Di Minggu 18 Oktober 2015 itu saya kira Tuhan juga berada di kepadatan pengunjung, menawar buku atau sedang Santai di hati perempuan berjilbab putih bermanik, yang bicaranya runut-lembut sambil baca puisi-puisi Mustofa Bisri. Sebab, di Minggu itu saya seperti mendengar denting senar biola Idris Sardi. Minggu indah, Minggu puisi bersama perempuan yang memperkenalkan diri: Umi Huraira.
Umi Huraira perempuan yang membangun monumen doa-monumen doa dengan mendirikan perpustakaan di beberapa daerah dan yayasan yatim-piatu, yang membayari belanjaan kami sepenuhnya di kesempatan itu, menganggap kami anak beliau sendiri, mengizinkan kami bertamu ke kediaman beliau untuk menindak-lanjuti tindakan selanjutnya, mencerdaskan bangsa. Hal-hal kecil mengejutkan semacam ini mempesona. Karena di tengah begitu banyak manusia sibuk untuk diri sendiri, ada satu manusia yang secara tak langsung membakar semangat kami, yang dipertemukan Tuhan dalam narasi sepele oleh manusia untuk memanusiakan manusia.
Semua yang dilakukan dengan Indah oleh Umi Huraira sebagai hadiah cinta pada mendiang suami, Burhan Chotib. Semoga cinta berbuah limpahan rahmat. Semoga segala yang diterimakan menjadi tempat abadi kelak. Amin ya Robb Maha Puisi. Saya akan menggunakan tulisan ini untuk melontarkan dunia yang absurd; perempuan pembangun monumen doa demi mengekalkan cinta seperti Umi Huraira dan perempuan pengeja takdir demi taat pada kebiasaan dan membunuh cinta perlahan-lahan dengan sangat terpaksa laiknya sahabat yang baru saja saya kenal karena puisi (buku).
Waktu menulis ini, Umi Huraira saya, entah mengapa terus-menerus teringat puisi Afrizal Malna sambil ketakutan tidak bangun pagi, karena besok, seperti biasa harus bekerja. Saya catat di sini sebagai terima kasih: “aku tak bisa membaca puisi dengan cokelat dalam mulutku.” Akh, sebenarnya orang seperti saya selalu tidak paham beda mengunyah cokelat dan makan ngar-sangara jagung. Sebab, masalah kami bukan “keadaan” seperti itu, melainkan mendapatkan buku-buku puisi, Umi Huraira.

Kampoeng Ilmu, 19 Oktober 2015

Kamis, 15 Oktober 2015

Surat Terbuka Untuk Tuhan

Gerakan Santri Membaca
Kepada Yang terhormat: Tuhan.

Akhirnya Tuhan, aku menulis surat ini pada Engkau setelah tiga kali (seingatku) A.S Laksana menulis surat terbuka juga untuk Jokowi di koran Jawa Pos, yang aku rasa Presiden Indonesia, pilihanMu itu sama sekali tidak membacanya. Beliau pasti malas membaca surat apa lagi surat yang sengaja disimpan di koran. Engkau tidak sibuk kan?

Isi surat ini sebenarnya tidak penting bagi kebanyakan rakyat Indonesia; sebuah surat yang ditulis manusia yang imannya Senin-Kamis, hanya berisi keluhan, permintaan kecil, ketidakmampuan dan, semoga aku tidak lupa nanti, juga mengandung pertanyaan sederhana.

Begini, Tuhan,  aku berada di desa jauh dari kota sangat menginginkan, mengharapkan, begitu perlu adanya tiap kecamatan pemerintah memprogamkan, diundang-undangkan, membangun satu saja perpustakaan sebagaimana tiap kecamatan ada puskesmas;  seperti tiap kabupaten ada perpustakaan. Aku ingin membaca supaya cerdas spiritualitas-intelektualitas-interpersonalitas, kebetulan aku miskin.

Buku-buku mahal oleh sengkarut birokrasi dan sistem pasar kapitalisme. Aku butuh buku Seperti aku butuh makan. Tapi, presiden mulai dari Soekarno sampai Jokowi hanya insyaf dengan kebutuhan terakhir yang aku sebut tadi, misalnya hanya kebijakan RASKIN bukannya pula BUKIN (buku untuk rakyat miskin). Aku kecewa Tuhan.

Sebenarnya tidak hanya manusia sejenis Jokowi saja pesantren sekaya Sidogiri, sibuk menebar BMT dan market-market menyaingi pasar tradisional. Tuhan sudah pasti tahu, mulai dari tingkat kabupaten sampai kecamatan,  BMT dan market-market atas nama Sidogiri bertebaran di seluruh Indonesia, kecuali belum aku lihat di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Aku tahu alasan Sidogiri: mengawal, menjelaskan kepada rakyat bagaimana transaksi yang benar, yang tidak tergelincir pada lobang riba. Sistem modern, yang dilupakan, sepertinya, selalu berkonsekuensi keribetan, keterpaksaan, bukan kesadaran karena luas-dalamnya pengetahuan masyarakat. Itu sia-sia.

Aku mencintai Sidogiri sebagaimana aku dengan Indah mencintai Lanbulan. Sebab itulah,  aku menulis surat ini kepada Engkau. Bukan pada Jokowi, Setya Novanto, Fadli Zon, Susi Pudjiastuti, Shimon Peres, Arist Merdeka Sirait, Retno Lestari Priansari Marsudi, Ruhut Sitompul, Farhat Abbas, Syahrini, Khofifah Indar Parawansa, Raffi Ahmad, Anthony Atkinson, dan manusia-manusia pintar lainnya: mereka terlalu sibuk untuk sekedar membaca surat apa lagi surat dariku, manusia desa yang jikapun mereka membacanya tidak akan pernah bisa berpengaruh banyak atas karir mereka, Tuhan. Engkau tidak sibuk bukan?

Dan untuk itulah, aku, atas anggukan Engkau, entah romantis atau isyarat yang tak akan pernah aku pahami 'mendirikan' komunitas kecil-kecilan bersama orang kecil-kecilan untuk orang kecil-kecilan juga. Tuhan, aku sekarang sudah tidak berdiri seorang saja, izinkan aku menyebut diri yang sebelumnya hanya seorang saja dengan Kami. Engkau juga berada dalam kata Kami--kadang kami dilain tempat menggunakan kata Kita.

Yang Kami sebut kecil-kecilan karena orang yang mencintai buku tidak banyak; pembaca buku tidak banyak apa lagi pembaca yang baik. Tak aneh kalau tindakan Kita dikesankan subversif, sabotase, sinting, Tuhan. Engkau sendiri pasti tahu kan jawaban orang-orang yang masuk ke inboxku. Sangat kadang lebih baik putus cinta daripada membaca kalimat-kalimat mereka. Pedih, miris. Dalam keadaan seperti itu, terkadang kami lebih baik berusaha membeli, membaca, menambah koleksi perpustakaan pribadi ketimbang disibukkan demi kepentingan kolektif, masyarakat luas, dengan menyadarkan orang lain yang tidak memiliki kesadaran betapa buku penting.

Ucapan-ucapan mereka ketika aku menjelaskan maksudku, Engkau pasti mendengar. Oh, gusti, sering aku berpikir kenapa aku hidup di Indonesia yang jutaan saudara-saudaraku: Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, Habib Rizieq Syihab, Ulil Abshar Abdalla, Denny JA, Said Aqil Siroj, Amien Rais dan lain sebagainya lebih sering menjejalkan pikiran mereka sendiri di tv; kami butuh cakrawala pengetahuan yang luas.

Agama akan hancur di tangan manusia-manusia yang malas membaca. Negara akan binasa oleh jumlah rakyat malas membaca. Apa arti al-Quran, suaraMu yang sebelumnya tidak berbentuk apapun yang berkemungkinan dipahami selain Engkau? Tuhan, apa yang Kau perintahkan untuk dibaca dalam surah Iqra' itu, yang kemudian bikin junjungan Nabi Muhammad menggigil?

Oh, Tuhan Maha Menyenangkan. Tuhan Maha Romantis. Tuhan Maha Mengejutkan. Oh, Tuhan yang sering dilupakan, beri aku sedikit saja sifat menyenangkanMu dalam bertingkah-berbuat, beri sedikit saja keromantisanMu dalam tiap menyapa agar ke dalam surat ini aku tengah memasuki ruang paling sunyi untuk bersemedi, bertapa, menyendiri kecuali bersama Engkau dan orang-orang romantis, yang tentu Engkau mencintainya.

Hampir lupa, aku ingin menyampaikan terima kasih--semoga Kasih diterima dengan Kasih--kepada orang yang ternyata banyak membantu dalam kegitaan Kita: mentransfer sejumlah uang dan mengirim beberapa buku untuk perpustakaan yang sedang Kita kembangkan. Terima kasih pula sudah berkenan berada dalam barisan Kami. Kepada orang-orang yang acuh, tak peduli, mencibir kami semogakan tetap jaya. Tanpa lawan siapalah diri kami.

Aku berharap surat ini tidak dibaca Jokowi apa lagi Syahrini dan orang-orang lain yang memiliki tingkat kesibukan melebihi Engkau. Sudah dulu, Tuhan. Aku mau bobok, agar setelah bangun nanti kami tetap dalam keadaan sembahyang berjamaah di Surau Komunitas Pecinta Buku ini dengan begitu romantis, Tuhan. Kami titip Komunitas Pecinta Buku pada Engkau.


Salam dari kami:
Zamzamul Adhim
Muktasim Billa
Syamsul Arifin
Mochammad Khotib


15 Oktober 2015

Rabu, 14 Oktober 2015

Ghufron Cholid Sosok Penyair Muda Madunya Sampang

Gerakan Santri Membaca
15 Oktober 2015

Ditulis oleh: Ciuman.Sang Bidadari

Di Dusun Junglorong Desa Komis Kecamatan Kedungdung kabupaten Sampang. Diselimuti Kerindangan pepohonan yang menaungi dia sekitar gubuk kecil seolah dedaunan ikut mendegarkan perbincangan kami bertiga dengan seorang penyair muda Moh. Ghufron Cholid nama yang dicanangkan oleh kedua orang tuanya. Saat kami mendengarkan pembicaraan beliau seakan kami melihat tampil dan bersyair. Padahal kata tiap kata seolah tidak dibuat buat seperti mengalir begitu saja. Disitulah kekaguman kami pada sang penyair desa yang dikenal dalam judul bukunya "kamar hati" yang pernah beliau tulis.
Dalam benakku tak disangka di pelosok ternyata ada penyair muda yang dikelilingi orang-orang yang bisa dikatakan tak sewarna. Seperti emas yang ada dalam tumpukan pasir kuning.
Bagiku kabupaten sampang memiliki Sumber Madu tapi tidak diperhatikan untuk diolah sebagai aset daerah. Karena warga sampang banyak yang tidak mengenal beliau sebagai penyair muda berbakat. Tapi sebaliknya Cholid sang penyair itu lebih dikenal di negeri orang. Seperti di brunai darussalam, singapure dan malaysia.
Beliau sangat mengapresiasi program kami dalam mewujudkan apa yang juga didamba dambakan. Dalam akhir perbincangan ringan kami beliau menyubangkan beberapa buku sebagai bukti rasa kepeduliannya terhadap gerakan santri membaca. Beliau siap untuk selalu menjalin komunikasi demi tercapainya cita-cita komunitas pecinta buku dalam programnya Gerakan Santri Membaca.

Salah Satu Penyair Muda Sampang Madura Sumbang Buku

Komunitasi Pecinta Buku
Gerakan Santri Membaca

Ditulis oleh: Petang Segera

Hari ini, 14 Oktober 2015 tiga dari beberapa aktivis Komunitas Pecinta Buku mengunjungi penyair Moh. Ghufron Cholid, pemilik buku "Kamar Hati" di kediamannya, Desa Komis Kec. Kedungdung Kab. Sampang Madura.

Sejak pertama kali sua senyum beliau langsung mengembang menerima kedatangan kami. Kami sumringah. Karena sejak dari rumah, pikiran kami was-was membayangkan sikap beliau. Ternyata beliau sangat ramah sampai-sampai kami lupa bahwa sebelumnya belum pernah bertemu, saling sapa, dan sebagainya.

Sesampainya di beranda, duduk belum beberapa menit, beliau dengan sangat berapi-api bicara sastra, perkembangan sastra, dan buku, terutama puisi. Pembicaraan berlangsung bahkan ketika kami disuguhi hidangan. Kami memperhatikan mata beliau yang setengah pejam, memperlihatkan bahwa beliau sangat berpikir (hati-hati) sebelum bicara.

Pada kesempatakan itu kami diajak ke perpustakaan pribadi beliau, sekali lagi, dengan penuh keakraban, beliau mempersilakan kami memilih beberapa buku seperti maksud kami sebelumnya via inbox fb. Namun kami sepakat menolak memilih sendiri. Beliau memilih enam judul buku untuk perpustakaan kami yang dimaksud dalam
1. "Gerakan Santri Membaca." Di antaranya,
2. "Sastra Santri dalam Puisi" karya Sastri Bakry
3. Antologi puisi "Sinar Siddiq,"
4. "Sastrawan Bicara Siswa Bertanya,"
5. "Kritik Sastra Feminis" tulisan Soenarjati Djajanegara, dan
6. "Mengasah Alief," dan "Konde Penyair Han" karya Hanna Fansisca.

Tidak hanya itu, beliau menghadiahi kami masing-masing satu judul buku: "Fatihah Cinta" karya Amie el-Faraby, "Buwun" karya Mardi Luhung dan "Penerima S.E.A. Write Awards (Malaysia) 2012 Ismail Kassan." Gembira rasanya selain mendapat apa yang "Komunitas Pecinta Buku" maksud kami juga mendapatkan ilmu dari beliau, yang kami doakan semoga selalu bahagia, terus membuat karya, dan tetap rendah hati seperti yang ditunjukkan pada kami.

Terima kasih penyair. Salam cinta buku!





Jumat, 09 Oktober 2015

Dengan Buku Lahirkan Santri Sebagai Pembimbing Terbaik Bangsa

Gerakan Santri Membaca
Penulis: Mochamad Khotib

Pesantren adalah sebuah lembaga tertua di indonesia. Keberadaannya sudah lama ada salah satunya yakni Pondok Pesantren yang didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim salah satu penyebar islam di tanah Jawa.
Pesantren pun lambat laun semakin banyak yg didirikan oleh para ulama dan kyai dengan satu tujuan untuk menyebarkan islam dan mempersiapkan manusia yang berakhlakul karimah. Tidak dipungkiri bahwa Pondok Pesantren memiliki peran yang sangat besar untuk menjadi manusia yang beradab. Hebatnya lagi walaupun pemerintah setengah setengah dalam memperhatikan Pesantren kenyataannya pondok pesantren masih bisa mengebangkan potensi juga tak sedikit output pondok pesantren lebih berguna dan memiliki peran dalam kemajuan Bangsa.
Kemajuan pesantren tersebut ternyata yang lebih menonjol dalam memperhatikan pondok pesantren justru dari para alumni, simpatisan dan para donatur swasta. Itu karena mereka telah mengetahui bahwa peran pesantren dapat diperhitungkan dalam perkembangan zaman saat ini.
Apa lagi sebagian pesantren telah berbenah dalam menambahkan program-program yang menyesuaikan keadaan zaman saat ini. Ada pula pesantren yang hingga saat ini masih teguh mempertahankan tradisinya walau zaman telah maju pesat. Walaupun begitu dari 2 model pesantren ini ternyata para anak didiknya masih dapat bersaing dalam menghadapi perkembangan zaman.
Oleh karena itulah tidak dipungkiri bahwa kemajuan pondok pesantren yakni tidak lepas ada keterlibatan komunikasi langsung maupun tak langsung dengan pesantren. Maka dalam kesimpulan ini bahwa kemajuan sebuah pesantren lebih condong ada keterlibatan dan kepedulian para alumni, simpatisan dan para donatur ketimbang pemerintah.
Maka dengan wacana seperti inilah Para Komunitas Pecinta Buku telah melahirkan sebuah wadah yakni Gerakan Santri Membaca dengan dilatarbelakangi oleh rasa peduli dan cinta terhadap pesantren dalam mewujudkan para santri yang siap pakai dalam menghadapi problematika zaman saat ini.
Mari bersama singsingkan lengan anda untuk buktikan kepedulian kita terhadap pesantren. Cerdaskan mereka lewat buku sebagai jendela ilmu agar para santri kelak dapat menuntun bangsa ini menuju bangsa yang berakhlakul karimah.

Selasa, 06 Oktober 2015

Pembelian Buku Pertama Dari Dana Sumbangan Anda

Gerakan Santri Membaca
Oleh: Muktasim Billa*)

Senin, 5 Oktober 2015 saya istilahkan "nana rokem le tedhes" untuk menjelaskan betapa kebahagiaan itu menguar, tidak hanya kepuasan batin yang saya peroleh, tapi lebih kepada merayakan kemenangan jihad saya dan teman-teman sepesadaran dalam meningkatkan mutu intelektualitas-spiritualitas dimulai sumbangsih kecil bagi bangsa, agama, dan kehidupan manusia.

Selama kami mewadahi, memberi tempat bagi Manusia-manusia yang berhasrat mencurahkan cinta-kasih pada ilmu pengetahuan telah terkumpul sejumlah uang Rp. 1.400.250 yang kemudian dibelanjakan buku-buku: filsafat, sastra, agama, sosiologi, sejarah, logika, dll di Kampoeng Ilmu jl. Semarang dan Toga Mas jl. Diponegoro, yang kemudian akan kami serahkan pada Perpustakaan Pondok Pesantren al-Mubarok Lanbulan--di waktu yang tepat, sesuai hasil rembugan nanti--sebagai bukti Kasih kita.

Di Kampoeng Ilmu, tempat biasa kami belanja buku sebelum-sebelumnya serta di mana kami berkumpul,  tercipta keakraban antara kami selaku pembeli dan penjual langganan kami sehingga tawar-menawar tidak canggung, tawa kami murni, tidak karena peraturan-peraturan birokratis, dan bahkan kami diberi bonus 2 (buku) dan 1 (satu) majalah juga ditraktir minum ngopi oleh si penjual buku tersebut.

Tentu hal yang demikian merupakan kebahagiaan kecil, sederhana. Namun, apa yang terjadi dan kami terima tersebut memiliki arti: bahwa "jika kita bekerja demi cinta dan atas nama cinta akan datang keajaiban dan kebahagiaan tak terduga." Dan kami yang tengah berada dalam Komunitas Pecinta Buku, yang salah satu kegiataannya adalah bergerak bagaimana semua bangsa, kita semua gemar, suka/butuh, tidak henti membaca sampai mampus! sebab bagi kami, keyakinan yang dianut kami, membaca sama wajibnya dengan sembahyang, sama asyiknya dengan asy-rokol sekaligus merasa berdosa bila kami tidak mengajak Anda, Saudara/i ikut berjamaah.

Senin kemaren, pertama kami belanja buku-buku, akan kami rayakan dengan kebahagiaan. Akan kami ingat. Kami sakralkan. Bahwa dengan belanja pertama kali pada hari Senin 5 Oktober 2015, PERJUANGAN RESMI DIBUKA DAN TAK AKAN PERNAH SELESAI, atas nama Cinta dan Keikhlasan.

Gerakan Santri Membaca atau biasa kami sebut GSM lahir dari sikap peduli, dedikasi, cinta, ironi dan semangat (hanya) beberapa orang pada buku dan ilmu pengetahuan: begini cara kami sembahyang. seperti ini kami mengungkapkan cintaKasih dan kerinduan akan masa Cerah yang dijanjikan bagi orang berpikir. Bukankah berpikir juga ada ilmunya, kawan? Mantiq, logika? Ya, itu salah satunya.

Maka, kami menyerukan, dan seruan ini hanya untuk manusia, binatang tidak perlu merasa tersiksa atas adanya seruan kami, mari kita berjuang demi kemanusian; memanusiakan manusia dengan gemar membaca dan menggerakan manusia lain ikut dalam kegiatan luhur ini.

Akhirnya, kepada suadara/i mari kawal kerja kami. Hukum bila tidak becus,  menyeleweng, seok. Kepercayaan saudara/i adalah harga diri kami.
Terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Yatti Ridho (Probolinggo)
2. Nawawi (Arab Saudi)
3. Zainal Arifin ( Jakarta)
4. Imam Syafii
5. Muridan (Sambiyan Konang Bangkalan)
6. Syafii ZP (Surabaya)
7. Amirul Yusuf ( Palembang)
8. Pak Holili, S.Pd. ( Madura )
9. Hasan Basri
10. Hamba Allah
atas apa yang telah Anda-Anda terimakan pada kami telah dibelanjakan buku-buku seperti gambar di atas untuk menjelaskan tulisan ini. semoga kebersamaan ini semakin menguatkan iktikad kita: "membaca tugas Abadi manusia." Amin. Salam santun dan berbahagia.

*)aktivis Komunitas Pecinta Buku


Senin, 05 Oktober 2015

Alhamdulillah, Hasil Sumbangan Telah Dibelikan Buku

Gerakan Santri Membaca
Layouter: Mochamad Khotib

Pembelian Buku Pertama kali oleh Gerakan Santri Membaca (GSM) pada hari Senin 5 Oktober 2015 kemarin di Surabaya berjalan lancar. Pembelian buku ini diambil dari dana dari para alumni dan simpatisan yang memiliki rasa peduli dan cinta terhadap GSM. Maka dengan bukti pembelian buku ini insya Allah akan terwujud untuk lahirkan santri yang cerdas dan berakhlak mulia.


Kami mengucapkan terima kasih juga terutama kepada para donatur yang telah menyumbangkan sedikit rezeqinya kepada Gerakan Santri Membaca dan semoga Sumbangan ini dapat bermanfaat demi terwujudnya cita cita GSM kedepan.
Dan semoga dengan lahirnya GSM dengan niat ikhlas tanpa diiringin dengan Kepentingan pribadi dan tidak memiliki niat untuk memanfaatkan istansi dan lembaga tertentu maka GSM dapat menjadi Komunitas Terbaik dan dapat menjado manfaat bagi seluruh kalangan.




Kamis, 01 Oktober 2015

Alumni Lanbulan sumbang 200 ribu Untuk Gerakan santri Membaca

Gerakan Santri Membaca
Jum'at 2 Oktober 2015

Dilatar belakangi dengan keberadaan minimnya para santri yang memiliki minat membaca. Namun tak lain lagi sebenarnya bukan karena para santri tidak suka membaca akan tetapi sedikitnya buku ilmiah koleksi di Perpustakaan PP. Al-Mubarok Lanbulan Desa Batorasang Kec. Tambelangan Kab. Sampang Madura. Oleh sebab itu Lahirnya Gerakan Santri Membaca (GSM) dikarenakan kondisi perpustakaan yang sangat memprihatinkan. Dengan niat baik dan kuat alhamdulillah hanya dengan hitungan hari sudah ada hasil yang kita dapat.
Tadi siang 1/10/2015 salah satu Alumni PP. al Mubarok Lanbulan adalah Ustad Safii ZP (Surabaya) telah menyumbang Rp. 200 ribu via transfer lewat salah satu rekening Penanggung Jawab GSM.
beliau (safii) berharap semoga dengan Sumbangan yang sedikit ini dapat dipergunakan sesuai Visi dan Misi yang diharapkan.

Sumbang 4 Buah Buku Untuk Wujudkan Santri Cerdas

Gerakan Santri Membaca
1 Oktober 2015
Penulis. Mochamad Khotib

Dengan Mensosialisasi Gerakan Santri Membaca lewat Sosial media ternyata ada yang Merasa tergerak hatinya. Adalah Abd. Hafid, S.Pd.I dari Betes Lomaer Blega Bangkalan telah menyumbangkan 4 judul buku kepada Salah satu pengurus Gerakan Santri Membaca tadi sore kamis 1 Oktober 2015 sekitar jam 15.15 Wib. Penyumbang langsung menghubungi kami setelah Abd. Hafid melihat blog yang dipublikasikan oleh Gerakan Santri Membaca (GSM) Ujar Mochamad Khotib (pengurus GSM).
Selang berapa jam kami langsung menjemput buku tersebut di kediaman Abd. Hafid tepatnya di desa Gudeng kec. Blega kab. Bangkalan. Sesaat setelah menyerahkan bukunya beliau sempat berkata semoga dengan buku yang kami sumbangkan dapat mewujudkan apa yang diharapkan. Dan abd. Hafid juga mengajak kepada lainnya untuk ikut andil dalam program yang sangat bermanfaat ini demi wujudkan Santri yang cerdas dan berakhlak mulia.

Sumbang 4 Buah Buku Karena Peduli Wujudkan Santri Cerdas

Gerakan Santri Membaca
1 Oktober 2015
Penulis. Mochamad Khotib

Dengan Mensosialisasi Gerakan Santri Membaca lewat Sosial media ternyata ada yang Merasa tergerak hatinya. Adalah Abd. Hafid, S.Pd.I dari Betes Lomaer Blega Bangkalan telah menyumbangkan 4 judul buku kepada Salah satu pengurus Gerakan Santri Membaca tadi sore kamis 1 Oktober 2015 sekitar jam 15.15 Wib. Penyumbang langsung menghubungi kami setelah Abd. Hafid melihat blog yang dipublikasikan oleh Gerakan Santri Membaca (GSM) Ujar Mochamad Khotib (pengurus GSM).
Selang berapa jam kami langsung menjemput buku tersebut di kediaman Abd. Hafid tepatnya di desa Gudeng kec. Blega kab. Bangkalan. Sesaat setelah menyerahkan bukunya beliau sempat berkata semoga dengan buku yang kami sumbangkan dapat mewujudkan apa yang diharapkan. Dan abd. Hafid juga mengajak kepada lainnya untuk ikut andil dalam program yang sangat bermanfaat ini demi wujudkan Santri yang cerdas dan berakhlak mulia.


Selasa, 29 September 2015

Jibril sampaikan perintah membaca dari Allah kepada Nabi

Gerakan Santri Membaca
Ditulis: Zamzamul Adhim
Sampang, 29 September 2015

Lahir dari keprihatinan sedikitnya minat baca di Negeri yang katanya sudah merdeka ini. Padahal KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) presiden keempat yang terkenal keantusiasannya dalam membaca. Beliau tidak pernah merasa merdeka, sehingga mengharuskan beliau untuk tetap mengabadikan membaca. Selain Gusdur, tercover sebagai pembaca antusias untuk Indonesia, ialah Tan Malaka-seorang pejuang revolusioner, mantan presiden Sukarno, mantan wakil presiden Mohammad Hatta, dan lain sebagainya. Bahkan, rata-rata tokoh kemerdekaan Indonesia senantiasa memiliki satu kegemaran yang sama yakni membaca buku. Dan hal yang seperti ini perlu ditauladani oleh kita sebagai generasi masa depan.
Membaca adalah pesan sakral Tuhan yang kali pertama disampaikan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW --khatamun nabiyin-nabi terakhir- yang dinobatkan di muka bumi ini. Disebutkan dalam Surah Ke-96 Al-Alaq yang terdiri dari 19 Surat.
Perhatikan terjemahan Surah Al-Alaq sebagaimana berikut dari surat ke 1-5:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahinya.
"Iqra" pada ayat pertama diinterpretasikan oleh imam Jalaluddin as-Sayyuthy disebutkan dalam kitab Tafsir Jalalain IV: 446 "Jadikanlah Muhammad! Membaca sebagai mubtadiah (awalan). "Iqra" kedua dalam surat ke-3 disebutkan sebagai penguat ayat pertama.
Perlu kita sadari bahwa dengan ini Allah benar-benar menegaskan dengan harga paten tanpa bisa ditawar lagi, dan bisa dibuktikan; bahwa satu-satunya dengan membaca kita akan tahu dari apa dan bagaimana kita diciptakan untuk membangun hidup lebih maju dan mulia.
Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan dan perlu diyakini sebenar-benarnya; bahwa dengan membaca sudah sama dengan artinya mematuhi perintah sakral Allah sebagaimana terdapat dalam surat al-Alaq diatas yang disampaikan dalam wahyu kali pertama itu. Atau sesampai kita dapat mendermakan uang Rp.50.000,- atau berbentuk buku-buku yang kemudian akan kami belanjakan buku-buku dan disumbangkan ke Perpustakaan Ponpes al-Mubarok Lanbulan Des. Batorasang Kec. Tambelangan Kab. Sampang Madura.
Apalagi anda berkenan dengan sangat terhormat menjadi donator tetap setahun sekali atau dua kali demi membangun dan meningkatkan kualitas bangsa Indonesia secara umum dan membentuk santri yang cerdas dengan disertai budi pekerti yang baik, sehingga kelak, dikemudian hari, generasi ini layak menjadi pejuang kemerdekaan dimasa berikutnya atas dasar membaca. Betapa bahagia dan bangganya Allah SWT apabila anda dapat berpartisipasi, berjuang dalam gerakan ini –Gerakan Santri Membaca (GSM)—dalam mewujudkan tetap mengabadikan pesan skral-Nya. Ya itu dengan membaca buku atau menciptakan orang-orang yang giat membaca buku. Mari kita bangun bangsa ini, dimulai dari hal terkecil untuk hal terbesar yang akan terjadi.
Bangsa yang maju bukan hanya bangsa yang membangun bangsanya dengan tingkat perekonomian yang tinggi. Melainkan bangsa yang maju; adalah bangsa yang dibangun oleh buku-uku dan pembaca buku yang tidak kenal waktu.
Salam Gerakan Santri Membaca…
Bagi yang minat bergabung dijalan tuhan ini, hubungi:

1.Khotib S.Pdi (Fb: Mochamad  Khotib yaya)
   (Pin BB: 57627763)
2.Djailani Moeshadaq (Fb. Djai Mo’Eshadaq)
   (Pin BB.28C72F1F)
3.Zamzamul Adhim (Fb. Sang Pemulung)
   (Pin BB. 51FD42CA)
4.Syamsul Arifin (Fb. Pengamen Sunyi)
   (Pin BB.54D79F53)
5.Muktasim Billah (Fb. Muktasim Antheng Ayem)
   (Pin BB.295589A5)

Sabtu, 26 September 2015

Dengan Buku Membangun Pesantren Mencerahkan Bangsa

Gerakan Santri Membaca

(Syamsul Arifin)

Di beberapa kesempatan, ketika ngobrol dengan kawan-kawan, apa yang sebelumnya saya yakini sebagai tanggung jawab manusia: 'membaca tugas Abadi manusia' mendapat penguat sekaligus melahirkan rencana merealisasikan apa yang kami yakini tersebut.

Bicara membaca, dalam konteks Negara Indonesia, kita ketahui bersama, selalu menemui dua kesulitan besar. Pertama, orang-orang malas membaca. Kedua, sulitnya mendapatkan bahan bacaan. Di Indonesia tingkat masyarakat yang sadar pentingnya membaca sangat rendah.  Bandingkan, misalnya, toko buku dengan counter hp atau mall.

Orang-orang besar yang membawa perubahan bagi kehidupan dan kemanusian: Gus Dur, Nurcholish Madjid, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Jean Henri Dunant , Theodore Schultz, Sully Prudhomme, Ki Hadjar Dewantara, Bung Karno, dan lain sebagainya adalah orang-orang yang rakus membaca. Sebab, bagi mereka membaca merupakan tanggungjawab yang musti diselesaikan.

Kendala lainnya, juga sama-sama penting, bahwa keinginan terus dapat membaca, di Indonesia, negara kita ini, selalu terbentur sulitnya mendapatkan buku-buku murah, yang bisa dijangkau semua kalangan. Realitas semacam ini kita dapat kesimpulan menakutkan: di satu pihak rakyat Indonesia malas membaca. Di pihak lain, pemerintah yang seharusnya memobilisasi, menggerakkan, menggagas kegiatan dalam mendorong rakyat gemar membaca malah diam seperti tidak terjadi apa-apa.

Kita lihat, bahwa pemerintah lebih sibuk meributkan perda, poligami, fatwa halal-haram, merumuskan keyakinan rakyat sesat-lurusnya, kenaikan gaji, membangun citra dengan memberikan beras, yang hanya cukup dimakan satu-dua hari. Kami muak menyaksikan ketololan-ketololan itu. Kami gelisah bahwa buku sama sekali dianggap tidak penting.

Bayangkan saja, Jakarta, sebagai ibu kota, menjadi kota dengan mall terbanyak di dunia, sebanyak 173 mall. Menakutkan, bukan? Yang jauh menakutkan (juga menyedihkan) jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk, 1,49 persen per tahun. Dengan penduduk sebesar itu toko buku hanya sekitar 700 kecil dan besar, percetakan 6.400 unit dan perpustakaan hanya 3.700 unit. Kenyataan ini tidak sebanding. Pantas jika Indonesia menjadi negara rendah kualitas penduduknya.

Kita perlu merasa bertanggungjawab untuk kemudian bekerja sama menutup kemungkinan terburuk; Indonesia terus menerus melahirkan manusia kerdil yang seolah mengerti permasalahan bangsa. Kami, Syamsul Arifin (fb 'Pengamen Sunyi'), Zamzamul Adhim (fb 'Sang Pemulung', Kepala sekolah SD Lanbulan), Muktasim Billa (Muktasim Antheng Ayem), Mushonif (kepala Perpustakaan Lanbulan), Mochamad Khotib (fb 'Mochamad Khotib Yaya,' Kepala sekolah SMPI Lanbulan), Zahri (fb kbmk Lanbulan, pimred Majalah al-Qomar), bermaksud mengajak Saudara/Saudari untuk menjadi bagian dari kami, jadi donatur tetap dalam kegiatan kami yang dinamai "GERAKAN SANTRI MEMBACA" demi membangun pesantren mencerahkan bangsa.

Setiap donatur kami mohonkan untuk berderma sebesar 50.000 (Lima Puluh Ribu) per tahun untuk kemudian kami belanjakan buku-buku dan atau kitab-kitab menambah koleksi PERPUSTKAAN LANBULAN yang saat ini dibilang memprihatinkan. Mari kita berbuat sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil dan sepele, atas nama kemanusiaan!

Atas partisipasi Saudara/Saudari kami sampaikan banyak terima kasih. Selanjutnya atas apa-apa yang kurang terpahami silakan hubungi nama-nama tersebut di atas. Sekian, salam settong pengestoh!

26 September 2015

Gerakan Santri Membaca Buka Pendaftaran Jadi Anggota

Gerakan Santri Membaca membuka pendaftaran untuk menjadi anggota dalam komunitas pecinta buku. Maka bagi teman teman pengguna Media Sosial jika anda minat ingin menjadi anggota dengan syarat sebagai berikut:
Kirim biodata lengkap dan alamat anda sesuai KTP atau identitas sejenis:
1. NAMA LENGKAP
2. ALAMAT LENGKAP
3. TETALA
4. FOTO ANDA
KIRIMKAN DATA MELALUI:
- WHATSAPP 0817304487
- EMAIL: mochamad.khotib@gmail.com
- EMAIL: gerakansantrimembaca@gmail.com

Gerakan Santri Membaca menerima sumbangan Buku yang nantinya akan disumbangkan ke Perpustakaan Pondok Pesantren al-Mubarok Lanbulan di Desa Batorasang Kec. Tambelangan Kab. Sampang Provinsi Jawa Timur.

Jumat, 25 September 2015

Mari Wujudkan Gerakan Santri Membaca Menuju Santri Yang Cerdas Dan Berakhlak Mulia

Assalamualaikum    war.        Wab.

Alhamdulillahirobbil'alamin Semoga seluruh para alumni Pondok Pesantren di seluruh Indonesia umumnya dan alumnk juga simpatisan Pondok Pesantren al-Mubarok Lanbulan yang beralamatkan di Desa Batorasang Kecamatan Tambelangan Kabupaten Sampang Madura Provinsi Jawa Timur selalu dapat lindungan dan Ridlo dari Allah Swt. Dan semoga selalu diberi Rizqi Sehat Dhohir dan Batin dilapangkan juga dilimpahkan Rizqi yang Barokah.

Sholawat serta salam selalu tertuju kepada Junjungan Panglima Suci Dan Merubah Dunia Kejahiliyaan menjadi Dunia Penuh Nur Ilahi yakni Agama Islam.

Kami Dari Komunitas Pencinta Buku membentuk sebuah gerakan yang dikemas dengan "GERAKAN SANTRI MEMBACA". Ini semua adalah wujud kepedulian kami melihat sekian banyak santri yang sedikit memiliki minat tinggi untuk menggali lebih luas ilmu pengetahuan yang telah disebar oleh Allah dimuka bumi ini. Maka dengan inilah kami komunitas Pencinta Buku bermaksud agar para santri bukan hanya menelusuri dan mempelajari ilmu sekedar ilmu agama saja tapi bagaimana mereka (santri) agar mencoba untuk menjelajah ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yakni dengan bentuk buku-buki ilmiah.
Oleh karena itulah kami ingin mengajak anda bergabung dan meyumbangkan buku buku anda yang dimiliki tentunya buku apa saja lebih-lebih buku yang lama tidak terpakai agar dapat disumbangkan melalui kami dan selanjutkan akan kami sumbangkan kepada Pondok Pesantren untuk dijadikam tambahan koleksi di Perpustakaan agar dapat dimanfaatkan oleh warga santri.
Kami siap menerima buku sumbangan dari anda dan dapat anda paketkan ke alamat yang sudah tertera atau anda telpon kami lalu kami jemput.
Mari kita bersama untuk wujudkan cita cita kami untuk lahirkan generasi Muda santri yang cerdas dan berakhlakul karimah.
Semoga dengan Niat baik kami dan apa yang kami programkan bisa terwujud dan tercapai yang kami inginkan.

Wassalamualaikum   war.    Wab.


GERAKAN SANTRI MEMBACA